Pelatihan Bantuan Hidup Dasar untuk Paramedis
Keadaan darurat tentu bisa dialami siapa saja. Kedatangannya sungguh tak terduga. Oleh karena itu, kemampuan dalam menanggulanginya perlu dimiliki setiap orang. Kecelakaan dan bencana alam adalah dua dari sekian banyak keadaan darurat yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kepanikan sering menjangkiti orang yang melihat, mengalami, dan menangani langsung keadaan darurat. Kepanikan justru memperkeruh keadaan darurat tersebut.
Contoh keadaan darurat yang kerap ditemui yaitu kecelakaan lalu lintas. Kerumunan orang jadi pemandangan biasa ketika hal ini terjadi. Tidak semua orang dalam kerumunan tersebut mampu menanganinya, bahkan justru memperparah keadaan. Banyak orang awam menyerahkan kondisi tersebut ke tenaga medis. Korban kecelakaan biasa dibawa ke rumah sakit atau klinik terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
Keadaan darurat berpindah ke Unit Gawat Darurat (UGD) atau Intensive Care Unit (ICU). Respon cepat perlu dilakukan oleh tenaga medis saat menangani keadaan darurat untuk menyelamatkan nyawa. Oleh karenanya, kemampuan menanggulangi keadaan darurat secara cepat dianggap perlu dimiliki tenaga medis. Ini dijelaskan oleh salah seorang perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Melawi, Aprianto Semuel.
“Sehari-hari bertugas di ruang ICU, kita sering menemukan pasien dalam keadaan gawat sehingga harus tahu bagaimana menanganinya,” kata Aprianto.
Melihat kebutuhan dan pentingnya pengetahuan penanganan keadaan darurat bagi paramedis, doctorSHARE bekerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Melawi menggelar pelatihan bertajuk “Pelatihan Bantuan Hidup Dasar untuk Paramedis di Nanga Pinoh”.
Bantuan hidup dasar merupakan serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti nafas dan atau henti jantung (cardiac arrest).
Pelatihan yang diadakan pada Rabu (22/6) ini merupakan pelatihan perdana yang diselenggarakan doctorSHARE dalam misi pelayanan medis ke berbagai daerah di Indonesia. Antusiasme peserta terlihat dalam pelatihan di Aula Hotel Amadeus, Nanga Pinoh. Beberapa peserta mencatat setiap materi yang disampaikan pemateri. Sebagian peserta juga terlihat saling berkenalan.
Tim doctorSHARE menunjuk dua relawan untuk mengisi materi pelatihan. Dua relawan tersebut yaitu Junaedi, S.Kep., Ners dan Mulhendra, S.Kep., Ns. Kedua relawan tersebut dipilih karena berpengalaman mengisi pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) di berbagai instansi di Indonesia.
Metode pelatihan yang digunakan adalah workshop dan dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dimulai pukul 09.00 hingga 12.00 WIB. Pada sesi pertama, peserta dibekali teori-teori penanganan bantuan hidup dalam keadaan darurat. Dengan bantuan slide presentasi, kedua pemateri silih berganti berbagi pengetahuan kepada peserta. Sesekali peserta mengajukan pertanyaan.
“Materi yang disampaikan antara lain Pelatihan Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Bantuan Hidup Dasar (BHD), Ekstrikasi dan Transportasi, dan Keracunan,” tutur Mulhendra.
Sesi kedua berlanjut pukul 13.00 sampai 16.00 WIB. Pada sesi kedua, peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk mempraktikan langsung teori-teori yang sudah dijelaskan pada sesi pertama. Praktik dibantu dengan alat-alat peraga seperti boneka phantom untuk simulasi, Long Spine Board (LSB), scoop stretcher, air way set, bidai, dan lain-lain. Masing-masing peserta bergantian menyimulasikan keadaan darurat yang terjadi, beserta langkah penanganannya.
Salah satu pengurus PPNI Kabupaten Melawi, Menot Ardian, menyebut bahwa jumlah peserta mencapai 55 orang, termasuk panitia. Peserta merupakan para perawat dari berbagai rumah sakit dan Puskesmas di Kabupaten Melawi. Selain perawat, profesi lain seperti analis dan apoteker pun turut hadir. Menurut Menot, materi-materi pelatihan sangat berguna bagi para tenaga medis.
“Materi yang disampaikan berguna sekali, apalagi kita kerja di lingkup kesehatan dimana pertolongan pada pasien terutama adalah bantuan hidup dasar. Di Kabupaten Melawi, pelatihan seperti ini sangat jarang diadakan. Jadi ini sangat membantu update ilmu pengetahuan peserta,” jelas Menot.
Menot berharap peserta pelatihan, khususnya perawat, bisa menerapkan pengetahuan yang tempat kerjanya masing-masing. Perawat yang sudah mengikuti pelatihan juga diharapkan bisa berbagi pengetahuan mengenai bantuan hidup dasar pada masyarakat umum karena masyarakat lebih dahulu menjumpai keadaan darurat ketimbang tenaga medis di rumah sakit.
“Kejadian darurat tidak pernah terduga. Jadi kalau berbagi informasi maka kita pun bisa menolong orang lain, kemudian membantu tugas tenaga medis di rumah sakit. Ketika sudah di rumah sakit, kita berharap keadaan pasien sudah tidak terlalu parah,” tutup Menot. (***)