Terik dan Debu di Tanah Borneo

Tim doctorSHARE melangsungkan pelayanan medis di Kalimantan Timur pada 1 – 8 Agustus 2016. Cuaca saat itu panas setelah lama tidak diguyur hujan. Tidak terkecuali di Desa Riwang, Kecamatan Batu Engau – Kalimantan Timur.
Desa Riwang yang didominasi areal perkebunan sawit tampak gersang. Jalan utama yang terbentuk dari tanah dan batu jadi berdebu saat cuaca panas. Truk besar kerap melintas di jalan tersebut. Ketika kendaraan lalu lalang melintas, debu pun beterbangan. Debu ini berbahaya bagi kesehatan.
Dalam pengobatan umum yang diselengarakan tim doctorSHARE, terdapat sejumlah pasien yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Timbulnya penyakit ini juga kemungkinan besar dipengaruhi letak perumahan warga yang berada di sisi jalan utama.
“Ada pengaruh antara ISPA dengan debu di Desa Riwang. Melihat kondisi jalanan saat kami berangkat menggunakan mobil dengan debu-debu beterbangan, pasti berpengaruh terhadap munculnya gejala ISPA seperti yang kami temui selama pengobatan umum,” jelas dr. Rocky Ellery James Tumbelaka, koordinator pelayanan medis doctorSHARE di Desa Riwang.
Rocky bersama beberapa rekan doctorSHARE ikut merasakan bagaimana debu-debu beterbangan di Desa Riwang.
Saat hendak melakukan pengobatan umum di Puskesmas Bantu (Pusban) Desa Riwang, misalnya, mobil yang ditumpang tim doctorSHARE tidak cukup menampung seluruh penumpang sehingga beberapa orang harus duduk di bak terbuka. Tiba di tempat tujuan, debu sukses menempel di pakaian dinas lapangan (PDL) tim.
Selama perjalanan, rekan-rekan yang duduk di bak terbuka pun harus menutupi wajahnya agar tak kemasukan debu pada bagian mata, mulut, dan hidung. Ada yang menutup menggunakan kemeja, ada pula yang menggunakan kain. Apapun digunakan untuk melindungi diri dari terpaan debu.
Debu juga mengintai anak-anak. Jumlah sekolah yang terbatas membuat jarak dari rumah menuju sekolah cukup jauh. Anak-anak berangkat sekolah menggunakan truk yang dipasang atap. Kebiasaan ini membuat mereka terus mengirup debu selama perjalanan – bertahun-tahun lamanya.
Selain berimpitan dengan garis khatulistiwa, panas yang terjadi di Tanah Borneo juga merupakan dampak dari El Nino. Cuaca panas di penghujung El Nino masih terasa di Kalimantan.
El Nino adalah penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik. Dalam kondisi normal, air laut menghangat dan membentuk awan yang kemudian menyebabkan terjadi hujan. Dampak El Nino di indonesia adalah menurunnya suhu air laut sehingga tidak tercipta awan yang membawa hujan.
El Nino telah berlangsung sejak 2015. Sejumlah perkebunan yang membutuhkan banyak air seperti sawit pun gersang dan turun produksinya akibat rendahnya curah hujan.
Bukan hanya tanaman yang membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Masyarakat Desa Riwang juga sangat memerlukan air dalam keseharian untuk mencuci, mandi, dan memasak.
Tidak semua masyarakat mudah mendapat air. Ketika ditanya, beberapa warga menjawab bahwa mereka tidak memiliki sumur air tanah untuk cadangan airnya.
“Tidak ada sumur air tanah di rumah. Yang ada penampungan untuk menampung air hujan. Letaknya ada yang dekat rumah, adapula yang menggali di sekitar kebun,” terang Detoy, seorang warga Desa Riwang.
Biasanya warga membuat penadah untuk air hujan. Ada yang membuat dari tong dan di atasnya ditaruh seng sehingga ketika hujan tiba, air mengalir mengisi tong. Ada pula yang hanya membangun kolam di dekat rumah.
Dengan kata lain, masyarakat Desa Riwang sangat bergantung pada turunnya hujan – meski terkadang ada perusahaan setempat yang membagikan air bersih ketika kekeringan melanda.
Masalahnya, beberapa penelitian mengatakan bahwa air hujan mengandung berbagai bakteri. Selain itu, tempat penampungan air pun tidak higienis – seperti halnya penampungan air di rumah warga yang juga digunakan untuk menyimpan sawit.
Permasalahan ketersediaan air juga menyebabkan buruknya kualitas MCK di Desa Riwang.
“Beberapa rumah bahkan belum memiliki kamar mandi. Aktivitas buang air pun dilakukan di kebun,” ujar Detoy.
Walau begitu, kondisi Desa Riwang saat hujan turun pun tidak serta merta membawa dampak positif. Jalan jadi begitu berlumpur sehingga menyulitkan akses warga Desa Riwang.